Pemerintahan
FESTIVAL BACATUK DAUH RAMAIKAN PASAR WADAI RAMADHAN KABUPATEN BANJAR 2024
Ditulis Oleh
Harliansyah, S. Kom
Ditulis Pada
Thursday, 22 August 2024

Tradisi Pasar Wadai (Pasar Kuliner) Ramadan di Kabupaten Banjar tahun 2024 ini nampak berbeda, pasalnya selain diisi puluhan pedagang kuliner serta non kuliner produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Pasar Wadai kali ini, dimeriahkan Festival Bacatuk Dauh (Memukul Beduk).

Kepala Disbudporapar Banjar, Irwan Jaya mengatakan, pasar wadai ini disediakan sebanyak 40 stan dan diisi 80 pedagang kuliner serta non kuliner produk UMKM. Selain itu, juga dimeriahkan Festival Bacatuk Dauh.

Sebelumnya, pasar wadai ramadan digelar di sepanjang Jalan Kenanga. Kali ini, di laksanakan di RTH Alun-alun Ratu Zalecha Martapura dengan konsep berbeda, yakni menampilkan budaya dan seni, sehingga menambah daya tarik pengunjung sembari berbelanja di sini,

 jumlah peserta Festival Bacatuk Dauh ini diikuti 33 grup dan setiap harinya akan ditampilkan sebanyak tiga peserta.“Kita laksanakan Festival Bacatuk Dauh selama 11 hari pada Bulan Ramadan,”.

Grup Islahul Ummah asal Murung Keraton Martapura, keluar sebagai yang terbaik dalam malam grand final Festival Becatuk Dauh Tahun 2024, yang digelar Dinas Kebudayaan Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Kabupaten Banjar, di RTH Alun Alun Ratu Zalecha Martapura, Selasa (26/03/2024) malam.

Terbaik II Grup Al Munir (Tunggul Irang Seberang).
Terbaik III Grup El Barokah EBR (Martapura).
Harapan I Grup Al Banjary (Murung Kenanga).
Harapan II Grup Al Ishlah (Air Santri Murung Kenanga).
Harapan III Grup Baitul Huda (Pekauman).
Juara favorit Grup An Nasir (Kampung Melayu Ulu).
Busana terbaik Grup Annadhir (Murung Kenanga).

Meski sempat diguyur hujan malam grand final berlangsung seru, dimana 9 grup dari 33 grup peserta awal, tampil menunjukkan kepiawannya dalam menabuh dauh maupun bersyair. Kejuaraan tahunan yang memperebutkan piala bergilir Bupati Banjar tersebut ditutup oleh Wakil Bupati Banjar Habib Idrus Al Habsyi.

Habib Idrus Al Habsyi mengatakan, festival ini tidak hanya menghidupkan kembali tradisi memukul beduk atau becatuk dauh, tetapi juga mengangkat kearifan lokal serta nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.